Senja pun kembali menawarkan
ketenangannya sore ini. Ketika semua manusia berpacu dengan waktu geluti
hari dengan beragam aktivitas dari pagi
ke pagi lagi, sesaat senja menyelipkan diri di antaranya. Namun, tak sedikit di
antara mereka yang mau berhenti sejenak menikmati ketenangan dan kesejukan yang
ditawarkan olehnya. Berdiri di tanah terbuka menikmatinya, memandang semesta
yang terhampar ke semua arah, mengagumi keindahan maha karya Sang Pencipta. Ada
beraneka ragam keindahan di sana. Hamparan langit bertabur awan yang berpendar,
sinar matahari redup yang menyusup di celah-celah taburan awan yang berpendar,
yang menimbulkan cahaya siluet yang berpencar ke segala arah tak terarah. Lihat,
angin pun mau mengurangi kecepatan hembusannya sore itu. Ia turut menyatu
dengannya waktu itu, menikmati hadirnya senja, berhembus pelan, menusuk pelan
tubuh sang pengagum.
Tak henti-hentinya
alam menawarkan keindahan, memberikan kesempatan kepada manusia untuk beristirahat
sejenak dari hiruk pikuk kehidupan. Di tengah bisingnya peradaban yang penuh
dengan suara-suara pekak kendaraan dan suara-suara sumbang manusia itu sendiri,
alam selalu hadir dalam menyadarkan keberadaan manusia. Ada yang harus
disyukuri dalam tiap langkah ini. Tidak selamanya kita harus berlari memacu
langkah mengejar mimpi. Seperti sore ini, semua yang ada di sekitarku seolah
tak bersuara. Senja memaksaku mengunci suara mereka dan berbisik pelan dalam
benakku untuk merasakan kehadirannya, kehadiran salah satu karya Sang Pencipta.
Betapa tak berharganya diri ini jika dibandingkan dengan senja. Hanya manusia
yang bisa menilai keindahan senja. Adakah senja seperti itu dalam menilai
manusia?? Seperti apa keindahan yang dilukiskan oleh senja tentang manusia? Aku
pun tak bisa membacanya.
Hanya lukisan di langit yang
dihadirkannya. Beraneka ragam lukisan yang kau hadirkan dalam hadirmu secara
kasat mata. Manusia pun terkadang selalu berimajinasi sendiri tentang arti lukisanmu.
Bersama langit, matahari dan awan, manusia menyebutmu senja. Engkau datang
sekilas dalam kehidupan, dan akan selalu datang di waktu-waktu tertentu sehabis
teriknya siang hari dan sebelum gelapnya malam. Hanya sekilas, karena malam tak
mau menunggu dan bumi pun harus melanjutkan putarannya menghadirkan senja-senja
di belahan dunia lain sana. Cahaya langit pun mulai meredup perlahan-lahan,
namun bias cahaya matahari sore masih menyisakan terangnya, tampilkan sisa-sisa
keindahannya yang nantinya akan ditelan malam.
Hari ini senja pun buatku
tersenyum, membayangkan kebodohan sendiri yang tak pernah puas akan
keadaan,
yang hanya tahu bergerak tanpa pernah berhenti sejenak menarik nafas
untuk
berlari kembali. Keterasingan yang dihadirkannya pun hidup dalam
kebisingan di
sekitar kita. Ia pun pergi dan memaksa kita pun untuk pergi. Kita harus
kembali jalani hidup ini, dengan penuh semangat setelah langkah
dihentikan dan disadarkan oleh senja akan keberadaan kita di dunia ini.
Kita bersyukur masih bisa menarik
nafas di kala senja, menghilangkan kejenuhan dan kesuntukan aktivitas. Cobalah
berdiri sekali-kali di tanah terbuka, di tempat di mana engkau bisa memandangi
cakrawala yang seolah-olah tak berujung di sore hari. Ada senja di sana yang
menawarkan hiburan bagi pikiran yang letih dan fisik yang lelah.
0 komentar:
Posting Komentar